Kehidupan Manusia Purba di Nusantara

Leave a Comment
Kehidupan awal manusia purba di Indonesia mulai terkuak semenjak peneliti Belanda Von Koningswald pada 1939-1941 menemukan fosil manusia purba di Sangiran, Sragen, Jawa Tengah. Fosil itu kemudian dinamainya dengan Meganthropus Palaeojavanicus atau manusia purba raksasa dari Jawa. Berdasarkan penelitiannya manusia purba ini memiliki ciri fisik antara lain; tulang pipi tebal, otot kunyah yang kuat, kening menonjol, berdagu pendek, perawakan tegap, dan kemungkinan memakan tumbuh-tumbuhan. Diperkirakan manusia purba ini hidup di jaman Pleistosen sekitar 600 ribu-1 juta tahun yang lalu. Di jaman pleistosen ini, bumi sudah mulai ada kehidupan.
Manusia purba ini terus berevolusi menyesuaikan dengan kondisi alam. Selain Meganthropus Paleojavanicus di Indonesia juga ditemukan Pithecanthropus erectus. Fosil manusia purba ini ditemukan di Trinil, Ngawi, Jawa Timur, pada 1891 oleh Eugene Dubois. Diperkirakan Pithecanthropus erectus hidup di jaman pleistosin atau kira-kira 300.000 hingga 500.000 tahun lalu. Ciri fisik yang dintujukkan oleh manusia purba ini antara lain; volume otak mencapai 770 - 1000 cm kubik, kening dan hidung tebal, tengkuk kuat, geraham besar dan kuat, serta berbadan tegap.

Penemuan lain adalah Homo Sapiens dengan ciri-ciri antara lain; volume otak 1000-1200 cc, otot tengkuk menyusut, muka tidak menonjol, badan lebih tegap. Menurut para ahli biologi volume otak berpengaruh pada cara berpikir. Semakin besar volume otaknya semakin cerdas. Oleh karena itu, semakin besar volume otaknya semakin tinggi pula tingkat kebudayaannya.

Penemuan lain adalah Homo Sapiens dengan ciri-ciri antara lain; volume otak 1000-1200 cc, otot tengkuk menyusut, muka tidak menonjol, badan lebih tegap. Menurut para ahli biologi volume otak berpengaruh pada cara berpikir. Semakin besar volume otaknya semakin cerdas. Oleh karena itu, semakin besar volume otaknya semakin tinggi pula tingkat kebudayaannya. 

Berdasarkan penemuan para ahli arkelogi (arkeolog), dapat disimpulkan bahwa manusia purba di Indonesia sudah memiliki teknologi untuk mengatasi masalah-masalah di sekitar mereka. Pembuatan teknologi itu semakin maju jaman semakin meningkat. Berdasarkan peralatan yang digunakan manusia purba, para arkelog membagi ke dalam beberapa jaman; jaman paleolithikum (jaman batu tua), mesolithikum (jaman batu madya), jaman neolithikum (jaman batu muda), dan jaman Megalithikum.

Pada jaman batu tua, alat yang digunakan masih kasar (seadanya). Alat-alat itu antara lain; kapak genggam, kapak perimbas, alat serpih, tanduk rusa, dan alat dari tulang. Pada jaman ini manusianya hidup berkelompok dan berpindah-pindah. Cara mendapatkan makanan dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Di Indonesia, bukti penemuan-penemuan ini ditemukan di Ngandong dan Pacitan Jawa Timur.

Dengan ditemukannya sisa-sisa pembakaran yang sudah memfosil bisa diketahui bahwa manusia purba juga sudah mengenal api. Namun belum diketahui bagaimana mereka membuat api apakah dengan menghasilkan sendiri atau mendapatkan dari sumber alam seperti dari kilat yang menyambar. Dugaan kuat para arkeolog mereka menggunakan percikan dari batu yang digesek. Penemuan api ini mendasari penggunaan teknologi yang lebih maju seperti peleburan logam dan lain-lain. Dengan penemuan api ini manusia purba bisa membuat alat-alat yang terbuat dari besi.

Selanjutnya, di jaman batu madya (berlangsung di jaman Holosen) sebagian kelompok manusia purba mulai hidup menetap. Mereka yang menetap tinggal di gua-gua di pinggir pantai atau sungai. Alat-alat yang mereka pergunakan juga sudah diperhalus. Artinya mereka mulai mengenal seni selain juga berfungsi sebagai alat-alat pendukung kehidupan. Sebagai contoh, kapak genggam yang sebelumnya kasar di jaman mesolithikum sudah diperhalus demikian pula dengan alat-alat dari tulang. Di Indonesia, alat-alat dari jaman batu madya ditemukan di Sumatera, Bone, Siak.

Jaman selanjutnya adalah jaman batu muda. Di jaman ini tingkat kebudayaanya lebih maju ketimbang di jaman batu madya dan batu tua. Mereka sudah mengenal teknik mengamplas sehingga alat yang digunakan lebih berbentuk dan halus. Alat-alat itu antara lain; kapak persegi, kapak lonjong, kapak bahu, gerabah, pemukul kayu, dan benda perhiasan (manik-manik). Di Jaman batu muda manusianya tinggal menetap. Oleh karena itu mereka bisa bercocok tanam dan beternak tidak lagi berburu dan meramu seperti jaman-jaman sebelumnya.


Puncak kebudayaan jaman batu terjadi di jaman batu besar (Megalithikum). Di jaman ini, manusia mulai membuat bangunan-bangunan besar dari batu. Kebudayaan mereka tidak sebatas pada alat pendukung kehidupan tapi juga berkaitan dengan sistem kepercayaan. Bangunan-bangunan yang berkaitan dengan sistem kepercayaan itu antara lain; menhir (tugu pemujaan), kubur batu, dolmen (altar), punden berundak, sarkofagus (keranda). Penemuan di Gunung Padang Cianjur membuktikan adanya kebudayaan megalithikum yang sangat besar menyerupai keduyaan Machu Picu. 
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar